Sabtu, 27 November 2010

DONGENG


 Der getäuschte Riese
Fingel war ein Riese in Irland. Aber es lebte noch ein anderer Riese in Schottland, und der hörte von Fingel. “Wer ist dieser Fingel?” fragte es sich. “Ich will zu ihm  hinübergehen und ihn sehen”. So wanderte er eines Tages  über den Irischen Kanal  und kam in Irland an. Als Fingel dies hörte, bekam er gröβer Angst. Den er hatte erfahren. Der schottische Riese sei einen Kopf gröβer als er.
Eines schönen Tages sah Fingel den Riesen auf sein Haus zukommen. So schnell wie er konnte, rannte er in die Küche und rief seine Frau. “Weib”, sagte er, “sei flink, der gröβe Schotte wir  bald  hier sein. Ich werde rasch ins Bett gehen, und wenn er fragt, wer im Bett ist, es sei dein Kind”. So ging Fingel ins Bett, und seine Frau hatte gerade noch Zeit, ihn mit der Decke zuzudecken, als der Riese hereinkam. “Wo ist das Biest Fingel?” schrie er. “Schaffe ihn mir herbei, ich will ihn tüchtig verprügeln”.  “Pst!...Pst!...” wisperte die Frau, “Du weckst sonst mein Kind auf”. “Dein Kind?... Was für ein Kind?” rief der Riese. “Fingels Kind”,  rief die Frau und neigte sich auf den gröβen Körper unter der Decke. “O heiliger Andreas” rief der Riese, “dann will ich mich fortmachen. Wenn das euer Kind ist – wie mag Fingel dann erst aussehen!”. Damit rannte der Riese auf dem Riesenhaus, so schnell er konnte. Er aβ und trank vor Angst nichts, bis er wieder sicher in seiner Heimat war. Fingel aber stand auf und lachte tüchtig, daβ er den anderen Riesen so angeschmiert hatte.
(A. Klinger)

MEDIA


v Definisi Media
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Istilah media mula-mula dikenal dengan alat peraga, kemudian dikenal dengan istilah audio visual aids (alat bantu pandang/dengar). Selanjutnya disebut instructional materials (materi pembelajaran), dan kini istilah yang lazim digunakan dalam dunia pendidikan nasional adalah instructional media (media pendidikan atau media pembelajaran). Dalam perkembangannya, sekarang muncul istilah e-Learning. Huruf “e” merupakan singkatan dari “elektronik”. Artinya media pembelajaran berupa alat elektronik, meliputi CD Multimedia Interaktif sebagai bahan ajar offline dan Web sebagai bahan ajar online.



Berikut ini beberapa pendapat para ahli komunikasi atau ahli bahasa tentang pengertian media yaitu
(1)     orang, material, atau kejadian yang dapat menciptakan kondisi sehingga memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterapilan, dan sikap yang baru, dalam pengertian meliputi buku, guru, dan lingkungan sekolah (Gerlach dan Ely dalam Ibrahim, 1982:3)
(2)     saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan antara sumber (pemberi pesan) dengan penerima pesan (Blake dan Horalsen dalam Latuheru, 1988:11)
(3)     komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada pembelajar bisa berupa alat, bahan, dan orang (Degeng, 1989:142)
(4)     media sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengirim pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang pildran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan efesien sesuai dengan yang diharapkan (Sadiman, dkk., 2002:6)
(5)     alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi, yang terdiri antara lain buku, tape-recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer (Gagne dan Briggs dalam Arsyad, 2002:4)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pengajaran adalah bahan, alat, maupun metode/teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan anak didik dapat berlangsung secara efektif dan efesien sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah dicita-citakan.



v Pentingnya Media dalam PBM, mengapa?
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

v Fungsi Media dalam PBM
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1.      Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
2.      Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
3.      Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
4.      Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5.      Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6.      Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7.      Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8.      Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak

HAKIKAT & CIRI MENGAJAR

a.      Hakikat & Ciri Mengajar
1.      Hakikat belajar mengajar
Belajar mengajar merupakan dua kegiatan yang berbeda, tetapi jika dihubungkan adalah dua kegiatan sejalan dan searah. Belajar adalah suatu proses yang terjadi pada diri manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas (Duffy dan Roehler 1989) mengatakan apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar, membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari aktifitas mengajar. Mengajar juga diartikan suatu kegiatan untuk menciptakan situasi yang merangsang siswa untuk belajar.
Kegiatan proses belajar mengajar agar efektif dan efisien, seorang guru harus memahami betul posisinya sebagai seorang pengajar sekalian sebagai pendidik. Mendidik dan mengajar pada hakikatnya adalah menyediakan kondisi yang optimal untuk terjadinya proses belajar. Penyediaan kondisi dimaksud untuk memberikan fasilitas kemudahan yang memacu terjadinya proses. Tugas dan peran tenaga pendidik dan kependidikan bukan untuk menggurui, bukan sekedar memberi instruksi, bukan sekedar mentransfer pengetahuan dan sebagainya. Tugas dan peranan tenaga pendidik dan kependidikan adalah memberi fasilitas dan motivasi dengan memberi berbagai kemudahan, penunjuk, bantuan, dorongan semangat dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan proses yang tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lainnya, tetapi merupakan satu kesatuan proses yaitu proses belajar mengajar. Hasil proses mengajar adalah proses belajar, dan proses belajar menghasilkan perubahan tingkah laku. Keberhasilan didalam mengajar akan berpengaruh pada keberhasilan proses belajar.
Joyce, Weil & Showers (1992) menyatakan bahwa mengajar (teaching) pada hakikatnya adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Hasil akhir atau hasil jangka panjang dari proses mengajar adalah kemampuan siswa yang tinggi untuk dapat belajar dengan mudah dan efektif di masa mendatang. Tujuan utama dari kegiatan mengajar adalah pada siswa yang belajar. Dengan demikian hakikat mengajar adalah memfasilitasi siswa agar mereka mendapatkan kemudahan dalam belajar.

2.        Ciri mengajar
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut)  ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. (KBBI)
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com)
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata, 1967, hal 22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.
Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
Ciri-ciri Pembelajaran
Menurut Eggen & Kauchak (1998) Menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu:
1.        siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan,
2.        guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran,
3.        aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,
4.        guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi,
5.        orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta
6.        guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.
Ciri-ciri guru yang efektif
Dengan meninjau lebih dalam lagi, kita dapat melihat bahwa kecakapan serta pengetahuan dasar seorang guru yang efektif terletak dalam sedikitnya 4 (empat) ciri utama :
Pertama, guru harus mengenal setiap murid yang dipercayakan padanya. Kedua, guru harus  memiliki dasar pengetahuan yang luas tentang tujuan pendidikan di Indonesia pada umumnya sesuai dengan tahap-tahap pembangunan. Ketiga, guru harus memiliki kecakapan memberi bimbingan. Sesungguhnya mengajar merupakan satu bentuk bimbingan dapat dilaksanakan oleh guru. Keempat, guru harus memiliki pengetahuan yang bulat dan baru, mengenai ilmu yang diajarkan.
Dari keempat ciri di atas harus dimiliki oleh seorang guru, sebab gurulah yang menjadi pembimbing dan penyuluh yang memelihara dan mengarahkan perkembangan pribadi dan keseimbangan mental di dalam mempelajari dan membangun sistim nilai dibutuhkan dalam masyarakat Indonesia.
Ciri guru dalam mengajar yang efektif tergantung pada keempat bidang yang telah disebutkan. Mengajar yang efektif tergantung pada corak pemaknaan yang penuh dari pengajar itu. Keempat ciri yang praktis itu salah satu tak dapat diabaikan, agar dapat mengorganisasikan proses mengajar untuk mencapai taraf maksimal mengenai pemaknaan penuh, juga untuk mencapai efektifitas maksimal, serta siswa mampu mendapatkan hasil terbaik dan otentik.
Cece Wijaya berpendapat bahwa guru yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a)        Guru sebagai pendidik dan pengajar, yakni harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan siswa, bersikap realistis, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap perkembangan, terutama inovasi pendidikan untuk mencapai semua itu, guru harus memiliki dan menguasai berbagai jenis pelajar, menguasai teori dan praktek kependidikan menguasai kurikulum dan metodologi pengajaran.
b)        Guru sebagai anggota masyarakat, yakni harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu guru harus menguasai psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia, dan guru harus memiliki keterampilan serta menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok.
c)        Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar,yakni harus menguasai berbagai metode mengajar dan harus menguasai situasi belajar mengajar baik dalam kelas maupun di luar kelas.
Jadi guru mempunyai tugas yang amat penting, sebab gurulah yang menanamkan adat istiadat yang baik dalam jiwa murid-murid, dan gurulah yang memasukkan pendidikan akhlaq dan keagamaan dalam hati sanubari anak-anak. Bahkan gurulah yang memberikan pendidikan kemasyarakatan dan cinta tanah air murid-murid.
b.      Ciri Belajar & Mengajar

1.      Belajar harus mempunyai tujuan, yakni membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.
2.      Kegiatan belajar mengajar harus ditandai dengan suatu penggarapan materi yang khusus.
Materi harus di desain sedemikian rupa dan cocok dan untuk mencapai tujuan dan juga harus memperhatikan komponen-komponen lainnya.
3.      Ada suatu prosedur (jalan interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
4.      Guru berperan sebagai pembimbing yang harus berusaha menghidupkan dan memberi motifasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif.
5.      Ditandai aktifitas anak didik
6.      Dalam proses belajar mengajar membutuhkan kedisiplinan
7.      Ada batas waktu
8.      Evaluasi

MEDIA